Sejarah Kepercayaan Sapta Darma

SEJARAHSAPTA DARMA INDONESIA DI SURABAYA
Bab ini berisi deskripsi mengenai sejarah dan kemunculan Ajaran Sapta Darma Indonesia. Dalam perjalanannya, muncul Ajaran Sapta Darma Indonesia dan juga sejarah berdirinya Sanggar Pusat Sapta Darma Indonesia yang terletak di Surabaya. Selain itu, dalam bab ini, penulis juga mengulas mengenai keorganisasian dan aktivitas para penghayat Sapta Darma Indonesia.
Sapta Darma Indonesia Organisasi Sapta Darma Indonesia adalah suatu wadah bagi para penghayat Kepercayaan Sapta Darma untuk melestarikan, mengembangkan, dan mengagungkan ajaran kepercayaan Sapta Darma. Kepercayaan Sapta Darma merupakan suatu ajaran Ketuhanan dan salah satu tata cara orang/manusia untuk menyembah atau bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan ini diyakini sebagai wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa, yang diterima oleh Bapak Hardjo Sapuro di Kampung Pandean, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, pada tanggal 27 Desember 1952. Bapak Hardjo Sapuro yang bernama asli Legiman alias Sapuro lahir pada tahun 1911. Beliau merupakan anak dari pasangan Rakiman dan Suliyah. Beliau meninggal pada tanggal 16 Desember 1964 dan jenazahnya dikremasi di Kembang Kuning, Surabaya. Kemudian, abu beliau dilarung di laut Pantai Kenjeran, Surabaya, pada tanggal 20 Desember 1964.
Kepercayaan Sapta Darma mempunyai arti sebagai berikut: kepercayaan berarti percaya, yakin, dihayati dan dilaksanakan; sapto berati tujuh; dan, darmo berarti kewajiban suci dan juga luhur atau perbuatan yang menuju kebaikan. Sehingga, Kepercayaan Sapta Darma berarti mempercayai tujuh wewarah atau ajaran suci dan luhur yang diwahyukan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk dihayati sebagai tuntunan hidup manusia dalam mencapai ketentraman, kedamaian, kebahagian, dan kesempurnaan hidup di dunia untuk memayu hayuning bawana.
Ajaran Sapta Darma yang diterima dalam bentuk wahyu adalah sebagai berikut:
1. Wahyu ajaran Sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa. Diterima pada tanggal 27-28 Desember 1952, hari Jumat Wage, malam Sabtu kliwon antara pukul 24.00 –05.00.
2. Wahyu ajaran Racut. Diterima pada tanggal 13 Februari 1953, hari Jumat Pon pukul 11.00.
3. Wahyu ajaran simbol pribadi manusia, wewarah tujuh (Sapta Darma), dan sesanti. Diterima pada tanggal 12 Juli 1954, pada hari Senin Pahing pukul 11.00.
4. Wahyu Gelar Sri Gutama dan Panuntun Agung Sapta Darma. Diterima pada tanggal 27 Desember 1955, hari Selasa Kliwon pukul 24.00.
Ajaran Kepercayaan Sapta Darma mengajarkan tentang Ketuhanan, yakni tata cara orang atau manusia untuk menyembah dengan cara bersujud kepada Tuhan. Hal ini ditujukan sebagai tuntunan hidup manusia berbudi pekerti luhur untuk mencapai ketentraman, kedamaian, kebahagian dan kesempurnaan hidup di dunia untuk memayu hayuning bawana, yang memberikan pemahaman tentang kedudukan Tuhan. Yang dimaksud dengan kedudukan Tuhan adalah, keyakinan bahwa Tuhan itu ada, Tuhan Maha Segalanya, sifat Tuhan Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, kekuasaan Tuhan tidak terbatas, pencipta bumi, langit, tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, dan seisinya.Ajaran Sapta Darma juga mengajarkan tentang kemanusiaan yang memberikan pemahaman tentang asal-usul manusia yang terdiri dari tiga unsur dan disebut sebagai Tri Tunggal--yaitu rasa Ayah, rasa Ibu dan Sinar Allah, struktur manusia (jasmani dan rohani), tugas dan kewajiban manusia untuk mendekatkan diri, menyembah kepada Tuhan, senantiasa bersikap ksatria, berbudi luhur, rendah hati, mengendalikan diri dan mawas diri, ikut berperan serta dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara, serta berkewajiban memelihara dan melestarikan alam semesta sebaik-baiknya untuk kehidupan manusia, di dalam hidup bernegara bermasyarakat dengan menjalankan wewarah Sapta Darma.Kepercayaan artinya dipercayai atau diyakini, dihayati, dan dilaksanakan, Sapta artinya tujuh, dan Darma artinya kewajiban suci/luhur atau wajib melaksanakan suatu perbuatan, baik ucapan maupun tindakan yang berbudi pekerti luhur. Jadi, Sapta Darma adalah tujuh wewarah suci dan luhur yang di-wahyukan oleh Tuhan Yang Maha Esa guna dihayati sebagai tuntunan hidup manusia dalam mencapai ketentraman, keselamatan, kebahagiaan, dan kesempurnaan hidup (memayu hayuning bawana) yang diterima oleh seorang bangsa Indonesia bernama Harjo Sapuro yang kemudian diberi gelar Sri Gutama dan Panuntun Agung Sapta Darma.
Berikut merupakan tujuh wewarah atau Sapta Darma yang wajib dihayati dan dilaksanakan oleh setiap warga Sapta Darma. Kalimat-kalimatnya tersusun dan berbunyi dalam bahasa Jawa:
1. Setya tuhu marang anane Pancasila. (Setia dan taat terhadap adanya Pancasila).
2. Kanthi jujur lan sucining ati kudu setya nindakake angger-angger ing negarane.(Dengan jujur dan sucinya hati harus setia menjalankan undang-undang di Negaranya).
3.Melu cawe-cawe cancut taliwanda njaga adeging nusa lan bangsa-ne. (Ikut berperan serta menyingsingkan lengan baju menjaga tegak berdirinya negara dan bangsanya).
4.Tetulung marang sapa bahe yen prelu, kanthi ora nduweni pamrih apa bahe kajaba mung rasa welas lan asih. (Memberi pertolongan terhadap siapa saja bila diperlukan dengan tidak mempunyai atau tanpa pamrih apa saja, melainkan hanya atas dasar belas kasihan atau cinta kasih).
5.Wani hurip kanthi kapitayan saka kekuwatane dhewe. (Berani hidup dengan percaya dan kekuatannya sendiri).6.Tanduke marang warga bebrayan kudu susila kanthi alusing budi pakarti tansah gawe pepadhang lan mareming liyan. (Di dalam hidup bermasyarakat, harus dengan susila halusnya budi pekerti, senantiasa membuat penerangan. dan senangnya orang lain).
7.Yakin yen kahanan dunya iku ora langgeng, tansah owah gingsir/nyakra manggilingan. (Percaya bahwa keadaan dunia itu tidak tetap, selalu berubah bagikan roda berputar).
Wewarah Sapta Darma Indonesia Sumber : Dokumentasi Pribadi.Selain wewarah tujuh yang menjadi pedoman bagi penghayat Sapta Darma Indonesia, terdapat pula “Sesanti” yang berbunyi sebagai berikut: "Ing Ngendi Bahe Marang Sapabahe, Warga Sapta Darma, Kudu Suminar Pindha Bhaskara" (Dimana saja terhadap siapa saja, Warga Sapta Darma harus bersinar bagaikan sang surya). Dari sini dapat diketahui bahwa wahyu ajaran yang diterima selama ini bernama Sapta Darma dan dapat dihayati oleh setiap manusia.Sejarah terus berjalan, hari demi hari berlalu, semakin bertambah pula orangvorang yang menjadi pengikut ajaran Sapta Darma. Saat ini, pengikut ajaran Sapta Darma telah tersebar di seluruh Indonesia, meliputi Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, bahkan hingga Papua. Selain itu, penghayat Sapta Darma juga terdapat di luar negeri, misalnya di Malaysia, Singapura, dan masih banyak lagi. Untuk jumlah pengikut Sapta Darma di seluruh Indonesia diperkirakan kurang lebih telah mencapai delapan juta orang. Jumlah tersebut masih merupakan perkiraan semata. Pada nyatanya, memang belum diadakan pencatatan secara administratif oleh Organisasi Sapta Darma.
 Pengikut ajaran Sapta Darma ini tidak hanya berasal dari orang-orang yang semula karena sakit kemudian menghendaki kesembuhan, tetapi juga banyak lagi alasan yang mereka miliki untuk kemudian bergabung dengan Sapta Darma. Misalnya, orang-orang tersebut ingin bebas dari penderitaan. Selain itu, tidak sedikit juga orang-orang yang atas kesadarannya sendiri ingin menghayati ajaran Sapta Darma. Terutama, dari orang-orang yang memang selama hidupnya belum menghayati agama atau kepercayaan yang mereka anut secara sungguh-sungguh.
 Pola Dasar Ajaran Kepercayaan Sapta Darma 
1. Konsepsi tentang Ketuhanan Yang Maha Esa.Konsepsi tentang Tuhan Yang Maha Esa menurut ajaran kepercayaan Sapta Darma tercermin dalam proses sejarah penerimaan wahyu pertama. Di dalam penerimaan wahyu tersebut, berisikan penerimaan ajaran bagaimana manusia seharusnya bersujud kepada Yang Maha Esa. Bagaimanapun, hal tersebut memiliki sifat mutlak untuk diucapkan dengan cara batin pada saat mengawali sujud maupun pada saat memanjatkan doa untuk meminta pertolongan pada Tuhan. Bersujud kepada Tuhan juga diperlukan ketika para penganut ingin melakukan sesuatu hal yang bersifat rohani. Dengan demikian, kepercayaan Sapta Darma mengajarkan bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu ada. Istilah atau kata sujud dalam kepercayaan ini berarti bersujud atau bersembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian, Tuhan Yang Maha Esa menurut kepercayaan Sapta Darma adalah pencipta dan penguasa agung terhadap alam semesta dan bersifat gaib.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saksi/Sekabat Sri Gutama

TENTANG SAPTO DARMO INDONESIA